Peradaban Batavia di Pasar Baroe …

Galeri Antara Pasar Baroe

Galeri Antara Pasar Baroe

Di gedung ini dahulu proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya disebar luaskan ke seluruh penjuru Indonesia.

Petikan diatas merupakan sedikit informasi yang saya dapat ketika berdiri di depan galeri antara, menikmati Peradaban Batavia di Pasar Baroe . Gedung jadul Antara sebelumnya bernama Aneta dan Domai pada jaman jepang bernama. Ya penamaan gedung sesuai pemiliknya.  Namun satu yang sama tetap  digunakan sebagai sarana penyiaran. Walau saat ini bangunannya menjadi Galeri Antara. ( Rev : pada awalnya ini 3 penyiaran berbeda dan sama2 berjalan, namun pada akhirnya gedung ini diserahkan kepada Antara )

Dan tepat di seberang gedung galeri antara adalah Galeri Kesenian Jakarta (GKJ) dan Kompleks Gedung Pos Indonesia dan Filateli. GKJ dan Pos Indonesia, gedung ini sejak awal dibangung oleh Belanda, tahun 1860 masing difungsikan sesuai peruntukan awal pembangunan gedung ini. GKJ dibangun pada sebagai Pusat Theater. Namun pada masa jepang sempat menjadi Markas besar Angkatan Darat Jepang, kemudian berubah lagi menjadi pusat theater saat juga di saat penjajahan Jepang.

Kemudian menjadi kampus bioskop saat kemerdekaan, kemudian menjadi kampus UI Dan dikembalikan lagi menjadi theater. Ada yang unik, pada saat menjadi theater di jaman penjajahan Jepang. Seniman asal Indonesia menggunakan gedung theater ini untuk menunjukan ketidak setujuan mereka Jepang … Karena dianggap seni, mereka tidak ditindak … loh????

Gedung Pos 

Sedangkan gedung pos, ternyata sebagai penjajah Belanda sangat memahami geografi Indonesia. Letak jakarta batavia yang dibawah permukaan air,  serta hingga mereka menimbun pasir setebal 1,5 mtr di bagian bawah bangunan ini untuk menjegah banjir. Dan dibagian atasnya, atap dibuat cembung tinggi sebagai ventilasi udara agar udara tidak panas. Dan ternyata, bangunan ini dibangun sangat mirip dengan stasiun jakarta kota.

Dahulu, sebagai penjajah selain Belanda juga membangun peradaban melalui kehidupan sehari-hari. Komunikasi, ibadah, kesenian.

Gedung Kesenian Jakarta

Gedung Kesenian Jakarta

Sebagai pusat pemukiman , daerah ini juga dilengkapi dengan sarana ibadah. Pada awalnya ada gereja imanuel. Baru beberapa tahun kemudian dibangun Gereja Katedral. Sedangkan Istilah umurnya masih lebih muda, dibangun pada jaman Presiden Soekarno. Dan ternyata , sayembara design gedung Istiqlal ini dimenangi oleh seorang Kristen Protestan, Fredrerich Silaban.

Nah karena terjadi penutupan gereja di Belanja, maka jumlah suster menjadi sangat terbatas. Akhirnya dibangunlah sekolah ( dahulu hanya Kapel ) Santa Ursula yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlah suster.  Memisahkan gedung pos  dan antara ada kanal. Yang dahulu kala digunakan untuk sarana transportasi sehari2 yah. Nah salah satu kegiatan yang dulu rutin dilaksanakan di kanal ini adalah perayaan Peh Cung.

Itulah sekelumit yang saya ingat mendengarkan narasi oleh mas Canda dari Jakarta Good Guide  yang meng-guide kami menikmati Pasar Baroe walking tour. Walking tour ini sebagai bagian dari acara TravelNblog4 workshop di Jakarta selama dua hari, 26 dan 27 September 2015.

 Selain itu masih ada objek-objek lainnya di lokasi ini seperti sejarah lapangan Banteng yang ternyata ada hubungan dengan Perjuangan Irian Barat, kemudian ada Gedung Kimia Farma. Pusat perbelanjaan Pasar Baroe yang ternyata rumah salah satu Mayor dari Belanda ( Mayor itu level tertinggi loh 🙂 ). Dan masih ada vihara di belakanganya. Dan semakin mendengar paparan, menambah pengetahuan saya bagaiaman gedung2 tua ber art deco Belanda dan Jepang memiliki sejarahnya masing2. Yang sayangnya sebagia gedung ini tidak terawat dan ada. Juga gedung atau bangunan yang belum masuk dalam daftar cagar budaya …… ……. …… ….. ….



Haiiii

Teman-teman yang mau bertanya, gabung di web baru saya aja yah :



 

Leave a Reply