Tour De Jatim ( bagian 3 dari 5 )

Hari keenam : Kamis, 20 Agustus 09

Objek wisata : Bromo I’m coming ……

InformasiGunung Bromo adalah gunung dengan ketinggian +- 2400dpl ( dari permukaan laut) yang mengeluarkan asap belerang.

Sedangkan Gunung Pananjanakn terletak pada garis lurus sebelah Utara Gungung Bromo dan Gunung semeru pada garis lurus sebelah Selatan Bromo. Gunung Pananjaka lebih tinggi dari pada Bromo, jadi dari sini kita melihat Bromo dan Semeru bersamaan. Jika hoki, kamu jika bisa melihat Semeru yg sedang mengeluarkan asap.

Diantara Gunung Bromo dan Pananjakan sebelah Timur ada suatu daerah bernama Cemoro Lawang. Namung ketika tempat ini dipisahkan oleh lautan pasir yg jauh dibawah kita …. dan sangat tebal. Di Cemoro Lawang banyak tersedia tempat menginap, dan menjadi satlah satu pintu masuk menuju Bromo dan sekikarnya

Biasanya orang menuju gunung Pananjakan untuk melihat matahari terbit dan terbenam. Santai saja, disini banyak pedagang makanan dan souvernir ko. Jadi ga usah bawa makanan.

View point di gunung Pananjakan sebenarnya cukup kecil sekali, mungkin hanya seukuran ½ lapangan bola basket. Kemarin saja, walaupun itu hari kerja ( Jum’at ) pengunjung cukup ramai, terutama wisatawan mancanegara. Namun disitulah tempat terbaik melihat matahari terbit, matahari terbenam, Bromo dan Semeru.

Menurut info dari tukang ojek, pada saat peak time seperti 17-san pengunjung sangat ramai. Jadi ada beberapa alternative lain di bawah sebelum view point untuk melihat. Nah ini posisi pastinya susah neranginnya … pokoke di belokan2 geto.

Tempat sholatDi dekat view point, +- 10m sebelum gardu ada musholla kecil di sebelah kiri namun kemarin ketika kami datang untuk melihat matahari terbit lampunya mati. Akhirnya kami sholat dekat rest area atas dan toilet. Disitu ada sejenis pendopo gitu. harga toiletnya Rp. 2.000,-.


PerjalananUntuk menuju Kawah Gunung Bromo dan Gunung Pananjakan ada beberapa pilihan :

  1. Menggunakan hartop jeep.
    • Dengan harga sewa Rp. 275.000,- per jeep dengan kapasitas 4 – 6 orang. Kamu akan diantar ke dua tempat tersebut. Kemarin kami ditawarin sharing jeep dengan kelompok lain @Rp. 75.000,-. Namun kekurangan jeep jika sharing, waktu kita jadi tidak bebas karena harus toleransi dengan orang lain bukan.
  2. Naik ojek Rp. 80.000,-
    • Dengan biaya segini, kamu bisa memanfaatkan ojek sepuas kamu. Karena mereka akan menunggu kamu sampai kamu bosen. Tantangan lain naik ojek adalah ketika menembus lautan pasir luas di pagi hari yg dingin. Selain anginnya yg menusuk banget, pasir yg tebal juga menyulitkan pengendara.
  3. Berjalan kaki
    • Nah ini tantangan beda lagi, kamu benar2 perlu menyiapkan badan kamu secara maksimal. Tidak ada penerangan jalan dan jalan yg dilewati benar2 menanjak walau sudah ada jalurnya.
  4. Kendaraan pribadi
    • Sebenarnya tidak ada larangan membawa kendaraan pribadi. Nah yg perlu dipikirkan adalah medan yang cukup berat. Yap tebalnya pasir itu loh. Kemarin gua sempat melihat sebuah mobil avanza yg kepater karena memaksakan diri. Ada juga pengendara motor yg jatuh. Kalau menggunakan kendaraan 4 whell drive sih kemungkinan kepater kecil, tapi lu tau jalan ga ???
  5. Naik Kuda
    • Untuk naik kuda dari Cemoro Lawang menuju Kawah Bromo skitar Rp. 100.000,- PP. Kuda sendiri sangat lincah melewati lautan pasir tapi sepertinya tidak ada yg ke Pananjakan.

Ada cerita unik dari pak ojek, td malam ada rombongan dari Malang menggunakan kendaraan pribadi melewati Malang – Tumpang. Ketika itu mereka sudah sampai di Cemoro Lawang dan mereka nanya di mana Bromonya … sudah kelewatan pak. jadi, buat kamu yang tidak tahu jalan ada baiknya menggunakan guide juga.

Konon, suhu di sini bisa < 10 derajat. Namun kata bapak homestay itu jarang sekali terjadi. Jadi kalau kamu sudah biasa dengan suhu dingin missal seperti di puncak pas,menggunakan kaos + jaket + sarung tangan + kupluk sepertinya sudah cukup ko.

zzzPenginapan

Disini banyak sekali penginapan, namun kalau mau merasakan suasana berbeda kamu bisa mencoba homestay. Homestay ini modelnya kita tinggal satu rumah dengan pemilik rumah. Kayak sewa Villa dah. Namun kamarnya yagh seadanya saja sih. Tapi kita bisa menikmati suasanya sana yang sebenarnya. Kadang pemilik tinggal di bagian belakang homestay.

Event

Sebagian besar penduduk di daerah ini adalah berargama hindu. Namun ada suatu event unik namanya Kusundo ( kl ga salah ) yang unik, acara ini menggunakan penanggalan hijriah diadakan pada pertengahan bulan Ramadhan namun acaranya dimulai dari pura yang ada di padang pasir.

Ato upacara 17-san, nah upacara ini diselenggarakan oleh Pemerintah daerah loh.

Ada juga wc bawah tanah … nah yg ini gua cuman sempat liat ga mencoba.

Untuk melihat matahari terbenam bisa dari jam 4 s/d ½ 6, jangan lupa spot yag bagus. Mungkin ada baiknya kamu jalan kea rah camping ground, letaknya lebih tinggi dari pada kawah Bromo dan jarakanya hanya skitar 2 km dari kawah jadi kamu bisa mendapatkan spot mantap disana.

Jika kamu rombongan banyak , dari probolinggo kamu bisa carter elfnya dengan harga Rp. 200rb saja.

Air terjun Madakaripura mempunyai keunikan karena berbentuk seperti lingkaran, jadi ketika kita melihat keatas akan sangat bagus.

Selain itu, ada danau Rano Pani. kalau mau kesana dari Cemoro lawang bisa menggunakan ojek dengan biaya +- Rp. 100rb. Kata teman gua juga bagus. Tapi ga tau pastinya, gua belum kesana.

prolog selesai

Bangun pagi2 setelah menghabis kan sarapan berupa nasi goreng tanpa isi dan the serta kopi. Kami langsung naik angkot menuju Arjosari. Dari sini kami dengan modal nekat mencari bis jurusan Probolinggo, ternyata ada. Ada bis AC dan Patas non AC. Kami meutuskan naik bis patas yang Non AC.

Setelah tiba di Terminal Probolinggo, kami bertanya2 sama petugas dimana angkutan menuju Cemoro Lawang. Rupanya, angkutan menuju Cemoro Lawang berada di sisi kanan pintu masuk. Kalau kita melihat dari dalam terminal, ada di sisi kiri pintu masuk kendaraan.

Setelah menuju angkutan, kami harus menunggu lagi. Ternyata disana sudah ada 2 orang pa’le dan 1 bule ( sebutan gua buat Warga Negara Asing ). Setelah beberapa saat datang lagi satu bule. Setelah itu datang penumpang2 lokal. Setelah dirasa cukup, kendaraan berangkat. Kami ngetem < dari 1 jam ko’.

Perjalanan menuju Cemoro Lawang disuguhkan dengan pemandangan yg SubhanAllah indahnya … Perjalanan yang naik turun pokoke indah banget dah. Namun … karena lagi musim panas/kering, di beberapa tempat rumputnya berwarna kuning kecoklatan geto.

Di mobil kami minta di turunkan di sekitar Homestay. Ketika sampai di Cemoro Lawang, 4 bule tadi diturunkan di Hotel Cemoro Lawang. Sedangkan kami turun di Home Stay. Kata mas kondektur, kalau mau cari Homestay boleh lihat2 dulu. Dan mas ini akan menemani, sedangkan tas ditinggal saja di angkot sampai di ketemu homestay yang cocok.

Sebenarnya sih kurang sreg juga dengan Homestay yang pertama, namun karena malas muter2 lagi mencari homestay yagh sudah diputuskan disitu saja. Harga buka yang ditawarkan Rp.75.000,- per kamar. Namun setelah di nego bisa turun jadi Rp. 70.000,-. Dan 4 bule tadi akhirnya tidak jadi menginap di hotel, tapi menginap di homestay juga.

Cerita2 sama bapak Homestaynya, ternyata air terjun Madakaripura cukup jauh dari sini. Rupanya gua salah perkiraan. Kamu mau mudah seharusnya dari Probolinggo kita ke Mada ( sebutan untuk Madakaripura ) baru ke Cemoro Lawang. Dan medannya cukup sulit, tapi gua juga ga tau yagh, wong kemarin ga jadi kesana.

Bromo - View

Setelah sedikit beres2 di kamar, kami memutuskan jalan2 keluar. DI depan kami ada gunung dan jalan setapak yg ternyata menuju puncak gunung pananjakan. Setelah ngobrol2 sebentar dengan bapak homestaynya, akhirnya kami jalan menuju pintu masuk bromo / loket tiket. Tapi kami masuk ngeloyor aja ga beli tiket … hihihi.

Di situ ada sebuah bangunan yang sepertinya menjadi pusat informasi tentang Bromo – Tengger – Semeru ( BTS ) dan juga ada sebuah ATM BNI. Hihihi …. dari situ jalan terbagi tiga … belok kiri kea rah toko, kanan menuju lautan pasir dan tengah menuju camping ground. Kami mengambil jalan tengah donk …. kea rah camping ground.

Ternyata … SubhanAllah, dari sini pemandangannya sunggu indah. Kita bisa mlihat Kawah Bromo yg jaraknya hanya +- 3 km dari sini. Betapa besarnya kawah tersebut … Disitu terlihat betapa luasnya padang pasir dibawah sana.

Namun sayang or untung yagh … di sebelah kiri dari sini terlihat savanna yang berwarna coklat karena kekeringan. Sayang karena pemandangan yang disuguhkan jadi tidak maksimal. Untung karena kami tidak jadi melalui jalur Malang – Tumpang – Savana – Cemoro Lawang. Karena memang pemandangannya sedang tidak maksimal.

Ternyata eh ternyata …. kami sama2 menahan lapar karena belum makan siang. Sebenarnya di daerah sini banyak penjual makanan, tapi karena sedang sepi pengunjung jadi hanya beberapa yang buka. Akhirnya kami putuskan makan siang menuju sore di warung makan deket loket. Warna warungnya biru muda dan terletak di bawah.

Ketika kami kembali ke homestay, ternyata pemandangan yang disuguhkan lebih cuamik. Suasana matahari terbenam menampilkan graidiasi warna yg sangat bagus. Sayang, kamera gua sudah lowbet gara2 tadi poto2 terus alhasil hanya bisa menggunakan kamera hp dengan seadanya saja.

Balik ke penginapan lalu beres2 lagi. Tidak lupa kami memesan ojek bapak homestay untuk diantarkan ke Pananjakan dan Bromo besok pagi. Sekitar jam 7 malam kami makan lagi, memang sebenarnya masih kenyang karena baru makan sore. Namun apa mau dikata, karena warung yg tadi katanya tutupnya cepat dan warung lain tidak ada yg buka.

Setelah makan malam kami kembali ke penginapan menikmati suasana sepi tanpa ada tanda2 kehidupan kehidupan. Kami juga mengatur jadwal untuk besok ke Surabaya sekalian mencari penginapan. Yang bikin heran, hape Simpati yg gua andelin selama ini tidak bisa dimanfaatkan. Sepertinya tidak mendapat sinyal yg bagus … setiap mau menelpon langsung putus.

Sedangkan hape Fren teman gua masih bisa digunakan walaupun sinyalnya putus2 nyambung. Ketika kami sedang berembuk, empat bule keluar dari kamar. Ternyata mereka mau makan malam dolo. Kami juga sempat ngobrol sebentar dengan mereka. Salah satu pembicaraan yang gua suka adalah karena mereka berencana ke Pananjakan dengan berjalan kaki.

Pakle Bule dari New Zealand (kl kata temen opa new zealend )bilang kami harus mencoba berjalan kaki. Sebenarnya sih kami pingin banget sih jalan kaki menuju Pananjakan, namun sepertinya badan yang sudah tidak fit lagi membuyarkan angan2 tersebut dhe. Akhirnya mereka keluar homestay … dan mereka hanya menggunakan pakaian yg seadanya. Bahkan bisa dikatakan, pakaian siang hari dan malam hari tidak beda. Maksudnya stylenya yagh ….

Untuk menghindari hal2 yg tidak diinginkan, gua sudah menggunakan jaket sejak tidur biar badan hangat plus selimut double yg disediakan di homestay.

Malam hari kami istirahat ….

Hari ketujuh, Jum’at 21 Agustus 09

Matahari

Tujuan wisata : Gunung Pananjakan , Kawah Bromo dan Monumen Kapal Selam Surabaya

Monnumen Kapal Selam Surabaya

Monument ini terletak di Jalan Pemuda. Monument ini sebenarnya merupakan Kapal Selam Pasopati 410 yg dijadikan objek wisata. Kapal ini dibeli dari Rusia. Dasar orang Indonesia, kalau beli barang tidak disesuaikan dengan local. Jadi beberapa instrument disini masih menggunakan bahasa Rusia. Hahaha

Or mungkin orang kita ngerti Bahasa Rusia kale yagh ….

***********************************

Jam 2 pagi gua sudah bangun. Setelah itu makan pop mie dulu untuk menghangatkan badan. Sebenarnya disitu juga disediain teh dan kopi sama bapak homestaynya. Setelah kelar , gua langsung mengambil air wudhu lalu menggunakan pakaian yg berlapis cukup banyak : baju 5 lapis dan celana 3 lapis + kupluk + sarung tangan + kaos kaki.

Setelah siap … gua ngobrol aja sama teman gua. Setelah itu , barulah bapak homesay keluar. biasanya, dia membangunkan kami2 ini, namun karena kami sudha bangun bapaknya gagal membangunkan kami deh ?.

Kemudian bapak itu keluar, satu ojek sudah tiba … mana satu lagi. Setelah dicari2 tidak ada ojek yg dating akhirnya bapak homestay yg turun tangan. Memanaskan motor kingnya dipagi hari … Gua sempat nanya, pak ini sudah suhu minimal belum. Sudah … Alhamdulillah deh jadi ga perlu takut kedinginan lagi. Kata bapak suhu terdingin adalah sekitar jam 4 pagi.

Diperjalanan kami melewati loket tiket, karena kemarin kami belum beli jadi baru beli sekarang. Tiket berlaku selama kita berada disini. Setelah beli tiket, kita langsung menuju jalan menurun yang sama sekali tidak ada penerangan. Dan sangat gelap .

Tantangan dimulai ….

Lautan pasir memang sangat tebal …. bahkan motor saja sempat beberapa kali hampir jatuh. Motor teman gua saja yang benar2 ojek saja hampir 2 kali jatuh. Ternayata bapak homestay baru pertama kali membawa penumpang ke lautan pasir ini menggunakan motor. Biasanya dia menggunakan hartop. Tapi bawa motornya tetap mantap ko’

Yang lebih menantang…. gua pakai kaos kaki cm satu lapis. Jadi ketika motor berhasil ngebut di lautan pasir, diginnya tetap aja masuk ke kaki. Kaki gua rasanya di tusuk2 geto. Seru dah rasanya …… muantap abis. Ga nyesel gua memutuskan menggunakan ojek.


Jalur yang dilewatin juga sepertinya hapalan saja, karena memang kalau pagi hari gelap gini dan petunjukanya hanya sedikit yang terlihat. Namun Alhamdulillah, setelah 40 menit perjalanan kami tiba juga di Pananjakan.

Karena jam sudah menunjukan waktu sholat subuh, kami memutuskan mencari tempat sholat. Oia, disini ada toilet juga tapi kami sudah wudhu di penginapan tadi. Sebenarnya gua sudah siap dengan sajadah. Tapi Alhamdulillah ketemu juga tempat sholat … jadi bisa benar2 menikmati dinginnya sholat disini.

Setelah selesai menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah. Kami langsung menuju view point. Disana sudah banyak pengunjung lain. Akhirnya kami harus pintar2 mencari posisi2 strategis, pindah2 terus sampai menemukan tempat terindah menikmati matahari terbit di ujung ufuk.

Bromo

Setelah berpindah2 beberapa kali, kami tidak mendapatkan posisi yang terbaik . Tapi tetap masih bisa melihat terbitnya matahari. SubhanAllah … indah eui … Setelah matahari terbit yang hanya berlangsung, satu persatu pengunjung meninggalkan view point. Sedangkan kami masih menikmati keindahan yg disuguhkan.

Saat itu kami ketemu juga dengan opa New Zealend, walaupun dia orang NZ, tapi tinggalnya di Holland. Dia cerita dalam setahun, dia kerja 8 bulan dan jalan2 4 bulan. GIleeeee …. enaknya bisa seperti itu, gua jadi penasaran dia kerja dimana yagh.

Dia seneng sekali jalan2 di negara2 baru ( istilah u/ Negara berkembang seperti Indonesia ) karena biayanya murah. Hihihi, emang benar sih kalau disesuaikan dengan pendapatan mereka yang gede. Nah kite …. keliling satu minggu ke dalam negeri saja pengeluaran sudah sekian, apalagi kalau sampai jalan2 4 bulan. Berapa biayanya ….

Ternyata si opa mau melanjutkan ke destinasi selanjutnya siang ini. Dan kejadian lucu terjadi, ternyata gua dari td miss orientasi.Gua kira Matahari terbit dan Bromo itu segaris ternyata salah besar. Ketika tiba2 gua liat di kanan gua ada asap keluar, gua baru sadar bahwa itu gunung Semeru. Dan didepannya itu gunung Bromo. Wahahahahahaha ….

Kemudian gua menikmati pemandangan yang keluar dari kawah bromo walaupun di bawah sana sedang berkabut. Saat itu ada seorang bule, gua sih sudah nebak kalau logatnya dari Negara eropa Prancis. dia bertanya sambil menunjuk kea rah Bromo, yap itu bromo. Kami bagai berada di negeri di atas awan.

Kemudian dia menunjuk ke arah asap lain. Setelah itu gua kasih tau kalau itu kebakaran hutan. Yap …. kebakaran hutan yang gua lihat dan tanya ke pak homestay pas diojek diantar ke pananjakan.

Setelah puas menikmati pemandangan indah dari “ negeri diatas awan “, yap benar saaat ini kita berada di atas awan. Kami turun menuju ojek untuk diantarkan ke kawah bromo.

Tiba di Bromo kami ditawarin kuda2 dengan harga lupa … hahahah. Ternyata perjalanan ke atas yg sebenarnya bisa 15-20 menit harus ditempuh dengan waktu lebih. Yap kami beberapa kali berhenti untuk mengatur napas yang tidak biasa. Selain alurnya yang benar2 berdebu, jalan juga naik dan dipenuhi ranjau2 darat dari kuda.

Namun Alhamdulillah … sampai juga di tangga. Yang berarti ini perjuangan selanjutnya, menaiki anak tangga yang konon setiap orang yang menghitung pasti beda. Yagh pasti bedalah, kalau awal dan akhirnya juga beda .

Bromo - view2 copy

Menaiki anak tangga ini juga butuh perjuangan, gua sempat berhenti 2 kali. Sedangkan yang ketiga gua paksain yang ada kaki hampir keram ….. hahahaha. SubhanaAllah …. kawahnya sangat besar. Disitu gua berganti kostum, satu lapis pakaian gua lepas karena panas banget.

Konon di sebelah kiri tangga ada pemandangan yang cukup indah juga dapat melihat Ranu Pani yang ada dibelakang ( sebelah Selatan ) kawah Bromo, namun karena kami kurang berani menuju tempat ini yagh dibatalin saja deh. Menikmati keindahan di puncak kawah bromo seperti tiada habis.

Sebuah ajakan jalan2 ke Bromo sekitar 4 bulan lalu dengan perencanaan yang sangat minim, kalau kata teman gua “ navigasi punten “ …. rada2 ga tau malu deh ….. bodo amat deh punten, malu bertanya sesat di jalan. Namun akhirnya kami sampai juga di sini ….

Tanpa disadari, kami berada di atas sini sudah hampir dua jam. akhirnya kami memutuskan kembali ke ojek dan sekalian poto2 sebentar di depan pura. Ternyata, bapak homestay sudah digantikan orang lain karena dia ada kegiatan lain.

Sesampainya di penginapan, ternyata angkot yg kami naikin kemarin sudah menunggu. Gua pastiin dulu ke temen kalau memang kita tidak ada janji. Namun yagh sudahlah, karena kami juga sudah mau turun dan tu angkot tidak ada penumpang akhirnya kami mempercepat packing kami. Tapi setelah packing, tas di taro di mobil dan kami sarapan pagi dulu.

Ternyata, untuk sekali jalan si elf butuh solar Rp. 40rb. Jadi karena ada kami lumayanlah untuk nutupin solar. Terbukti selama perjalanan turun, tidak ada wisatawan jauh seperti kami yang naik. Yagh ada hanya penumpang2 seperti penduduk local gitu.

Nyampe di Probolinggo langsung dapat bis jurusan Surabaya non AC. Setelah perjalanan hampir 2 jam kami tiba di terminal Purabaya. Dari sini kami nelpon hotel dulu untuk jalur angkot, tp sarannya kurang mengena. Kami disuruh naik taksi dengan biaya Rp. 70.000,-. Yagh akhirnya nanya aja ke operator telponnya, untungnya dia sedikit banyak tahu.

Akhirnya kami naik bis Damri menuju pusat kota. Di tengah kota, teman gua sudah punya firasat kl kami sudah dekat Tunjungan Plaza ( TP ). Yagh gua tanya aja penumpang di sebelah, bu TP masih dimana yagh … masih jauh. Yagh gua santai2 ajah, eh tiba2 … mas ini TP. Ah sial, untung bisnya berhenti jadi kami masih bisa turun.

Kami menginap di Hotel Helios, Jln. Kayoon. Hotel ini hanya berjarak +- 800mtr dari TP. Tapi karena disini kebanyakan jalur searah ( walau jln besar ) akhirnya kami harus berganti angkot tiga kali Rp. 8.000,-. Huahahaah …. sayang banget duitnya. Gua bahkan ga ingat angkot2nya, karena yg dinaikin ga sampai 10 menit sudah ganti lagi. Di angkot terakhir juga turunnya sudah kelewatan. hahahah

Nyampe hotel langsung checkin kemudian bersih2. Setelah bersih2 kami keluar. Ternyata ini dekat Monumen Kapal Selam. Yagh sudah ke sana deh. Di dalam, walaupun kapal ini sudah tidak digunakan, namun beberapa instrument masih bisa kita lihat dan pegang. Bahkan ada yang masih menggunakan bahasa Rusia.

Kami juga sempat melihat video yang menampilkan cerita sejarah angkatan laut Indonesia dan juga perkembangannya termasuk sejarah kapal Selam Pasopati 410.

Setelah selesai, cari2 info dari teman kami memutuskan makan di Pojok stasiun Gubeng. Konon disana ada warung makan yang selalu ramai. Benar saja, ketika sampai disana memang ramai namun ga begitu ramai. Tapi ga tau kenapa, menurut gua rasanya standart saja. Dari sini kami menggunakan angkot menuju kya2 kembang Jepun. Sayang sekali, disini sepih sekali. Sepertinya tidak buka. Jadi langsung balik ke penginapan deh. Nyampe penginapan … gua langsung tepar.



Haiiii

Teman-teman yang mau bertanya, gabung di web baru saya aja yah :



 

12 thoughts on “Tour De Jatim ( bagian 3 dari 5 )

  1. Daniezha

    Saya mulai menyukai travelling ala backpacker. Tapi baru sekali mencoba. Waktu itu ke Kuala Lumpur dengan tujuan utama Genting Highland. Modal nekat dan paspor, kesampaian juga. Nah, sekarang jadi pengen mo ke Bromo. Thanks buat infonya.

  2. Lomar Dasika

    Hi….senang menjelajah indahnya negeri kita ini juga yach? Juli kemaren, saya ke Malang – Batu tapi gak sempet ke Bromo. Nah, januari 2010 ini nih baru saya rencana ke Bromo…hehehe…penasaran aja. Bromo yang sering dibicarakan orang tuh kayak apa sih….hehehe…tentu, tetap dengan modal murah meriah…:D
    sukses buat blognya yach 😀

    1. Wawan

      Wah sayank tuh kalau ga kesana …. Tapi emang ke Bromo itu kalau ga 1×24 jam ga enak mas. Nikmatin keindahan disana aja udah seru loh … Jangan cuman ngeliat matahari terbit, liat juga matahari terbenamnya. Seru ..

    1. Wawan

      Nabila udah gede kan Mba’ … aman ko’ kesana. Angkutan umumnya aman2 saja ko’
      Bawa jaket tebel aja takutnya dia ga kuat. Dan bawa makanan cukup … karena kalau ga musim libur toko makanan jarang buka.

  3. faisal

    Mas thanks for infonya..

    saya berencana mau ke bromo, berikut rute yg sapa pilih:

    naek kereta dari jkt ke surabaya gubeng jumat malam, lalu naek kereta lagi ke probolinggo trus ke cemoro lawang sabtu, dan niat ke bromo minggu dini hari ..

    saya mau tanya, kalo hari minggu saya ke malang keburu ga ya?
    saya sudah booking tiket pesawat sby-jkt berangkat jam 7.30 malam..

    apa ada ide mas enaknya kemana?

    thanks ya mas 🙂

    1. Wawan

      Sebenarnya waktunya masih sempet sih.

      Dari Surabaya ke Malang +- 1.5jam. Dari Malang ( Arjosari ) sampai Cemoro Lawang ( Villa ) cukup lama skitar 4 jam-an. Nah dari situ sudah diperlukan waktu +- 6 jam. Nah dari Sby ke bandara saya tidak tahu.

      Trus kalau disana kita share jeep dengan kelompok lain, biasanya jam 9 sudah harus di villa. Jadi misal saja jam 9 turun, kemudian 6 jam perjalanan dan 1 jam spare waktu macet dan ke Bandara jadi masih ada sisa waktu 3 jam.

      2 jam di malang …. terserah mas deh. ( sebenarnya sisa 3 jam, tp 1 jam u/ check-in kan ).

Leave a Reply